Sunday, December 24, 2017

Cara Kenalkan Produk Zaman Now

Zaman now itu artinya harus lebih kreatif, harus lebih inovatif, dan pastinya harus lebih aktif. Ngga ada lagi tuh yang namanya nunggu bola. Duduk manis nunggu orang-orang tau apa yang kita jual, duduk diam sampe produk kita dikenal pelanggan.

Kalau mau sukses, kita wajib jemput bola. Eits, ngertikan kalo itu cuma pribahasa? Jangan sampai bola anak tetangga dijemput dan dibawa pulang yaaah. Ngingetin dikit aja niiih, kita yang harus aktif untuk mengenalkan produk kita.

Sekarang mah udah gampang bener dah buat nyiarin berita. Gratis lagi. Serius! Tuuuh kan, bukan berita di tipi, tapi di epbi alias facebook dan media sosial lainnya.

Bingung?

Ckckckck...

Coba cara mengenalkan produk baru ala zaman now

1. Miliki Akun Media Sosial
Hari gini ngga punya sosmed? Oh Em Ji!  Pasti punya dooong! Minimal FB, syukur-syukur punya Instagram (IG) dan blog. Akun-akun itu jangan cuma dipakai buat mejeng foto selpih doang, ngga ngasilin duit tau.

2. Maksimalkan Medsos untuk Promosi
FB itu bisa jadi senjata ampuh buat branding dan IG kece bingo sebagai display. Yang paling kece dari keduanya adalah GRATIS. Artinya kita bisa menghemat banyak uang untuk promosi kan.

3. Testimoni
Kalau untuk cara ini perlu keluar modal sedikit, tapiiii ada hal-hal penting yang kita peroleh langsung saat itu juga, yaitu testimoni (jangan lupa di foto yaa), lalu mintalah kritik dan saran untuk perbaikan (jika perlu), dan terakhir yang akan di dapat adalah reaksi pasar.

4. Ikut Bazar
Yup, Bazar! Jadi partisipan di berbagai bazar bisa banget untuk dongkrak penjualan dan mengenalkan produk kita langsung ke calon pelanggan. Biarkan mereka melihat produk skaligus merasakan pelayanan kita sebagai penjual.

Empat cara mengenalkan produk di atas sudah kucoba dan hasilnya terbilang memuaskan. Sekarang giliran kamuuuh!

Sunday, December 17, 2017

Perempuan itu

Ngga tau kata-kata apa yang bisa mewakili sosok perempuan satu ini. Beliau tidak pernah menamatkan jenjang pendidikan dasarnya. Ya, SD pun tidak selesai, artinya tidak ada selembar ijazah yang tertuliskan namanya.

Sejak kecil sudah tak berAyah-Ibu. Putus harapannya saat kerabat yang membawanya merantau, tak kunjung menyekolahkannya. Tenaganya diperas hingga ia tumbuh dewasa. Meski tanpa selembar ijazah, ia bisa dengan mudah memperoleh pekerjaan. Bermodal koneksi, keuletan serta semangat belajar, ia bisa mandiri.

Takdir mempertemukannya dengan sosok lelaki yang kini menjadi teman hidupnya. Mereka dikaruniai 3 putri dan 1 putra. Lagi-lagi kehidupan menguji batas dirinya. Ia buktikan kepada dunia, bahwa kakinya masih mantap berdiri. Tak goyah.

Perempuan paruh baya itu memiliki cita-cita mulia. Cita-cita yang tidak kalah tinggi dengan teman sebayanya yang bisa mencicipi dunia pendidikan hingga menengah atas. Ia bertekad, anak-anaknya harus mengenyam pendidikan tinggi. Atas kemurahan dan rahmat Tuhan, yang menjadikannya mampu untuk mewujudkan mimpinya. Tiga dari empat anaknya, sukses bergelar Sarjana.

Usianya kini memang sudah tidak lagi muda. Tapi semangat yang ia miliki masih membara, layaknya pejuang tahun empat lima. Pengalaman hidup mengajarkan ia untuk terus bergerak. Di usia senjanya ia masih aktif berkegiatan.

Perempuan itu memang tidak pernah merasakan nikmatnya bekerja di balik meja dengan pendingin ruangan. Tapi semangat bisa membawa dirinya dikenal banyak orang. Mulai dari pejabat tingkat kelurahan hingga sebagian orang di kantor walikota.

Bukan. Perempuan itu bukan karyawan apalagi PNS. Ingat kan, ijazah SD saja tidak ada. Ia tekun dalam PKK, Ia aktif sebagai kader Posyandu dan itu yang membuatnya mengenal beberapa pejabat daerah lebih banyak dari sebagian besar orang lain di lingkungannya.

Anak bungsunya sudah cukup besar untuk mengurus dirinya sendiri. Kini ia bebas untuk menikmati waktu menyenangkan diri. Usia senja tidak menghentikannya untuk berkarya. Selembar ijazah tidak menyurutkan semangatnya untuk terus beradaptasi.

Hari ini, 17 Desember 2017, perempuan itu belajar mengenal Instagram. Sepuluh tahun yang lalu, beliau bahkan menolak untuk dibelikan ponsel dan beranggapan tidak membutuhkannya.

Malu. Aku malu, jika menyerah karena gelombang kecil yang menerpaku, dibandingkan dengan badai yang pernah dihadapinya.

Malu. Aku malu, jika ijazah sarjanaku tidak mampu membawa keberhasilan yang lebih cemerlang dari yang diperolehnya.

Malu. Aku maku, jika aku lemah dengan kedua orang tua ada bersamaku, mengingat ia yatim-piatu sejak sangat belia.

Aku memanggil perempuan itu, Mama.

Satu-satunya orang yang kunantikan saat ingin melahirkan cucunya ke dunia.

Satu-satunya orang yang menjadi idolaku di dunia nyata.

Mama, tidak pernah memberikanku kemudahan dalam memperoleh sesuatu. Aku sempat membencinya, karena ia pernah menyuruhku berjualan sebelum sekolah, di mana teman sebayaku bermain. Tapi tak berlangsung lama. Berikutnya teman-temanku yang iri karena aku bisa ke tempat wisata setiap minggunya. Sekarang, aku justru berterima kasih atas apa yang diperintahkan dulu. Mungkin sedikit pengalaman 'menyebalkan' yang sementara di masa kecil itu, yang membuatku bisa bertahan saat ini.

Tidak butuh hari ibu untuk menunjukkan rasa cinta kasih dan kebanggaanku padanya.

Melihat ia tertawa lepas, menjadikan hatiku tentram.

Semoga Allah memberikan kebahagian sejati padamu, Ma.

Friday, December 15, 2017

UMKM! Wujudkan Target dengan Cara Ini

Tanggal 12 Desember kemarin, aku ikut pelatihan UMKM yang diselenggarakan oleh Kelurahan Rawa Buaya yang bekerja sama dengan Universitas Mercu Buana. Temanya itu bikin penasaran, "Peningkatan Kompetensi Pengusaha UMKM di Kelurahan Rawa Buaya". Sumpah, judulnya aja udah bikin darah ngalir deres saking semangatnya.

Undangan bener-bener dimanjain. Baru dateng udah dikasih morning snack. Sambil isi absen, dibagikan materi yang akan dibahas, juga beberapa lembar kuesioner.

Baiklah kalau diceritain detailnya bakalan butuh banyak part. Aku skip bagian, Pembukaan dan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan pak Lurah (maap yaa Pak 😁). Sumpah, aku excited banget dengan acara ini. Semua pemateri adalah dosen pasca sarjana di UMB. Materinya mencakup, pemanfaatan sosial media, manajemen keuangan, manajemen produksi dan manajemen SDM.

Sayangnya, materi yang dibahas di luar ekspektasiku. Semuanya dipaparkan hanya bagian kulit aja, alias disinggung sepintas lalu. (berasa tertipu dengan judul yang cetar membahana 😩). T.A.P.I ada beberapa hal menarik yang bikin aku tetap bertahan di sana.

1. Materi singkat, mungkin karena melihat peserta pelatihan yang datang saat itu, 80%nya angkatan Mamaku alias Oma-oma zaman now.

2. Ada salah satu peserta pelatihan, bisa menyulap biji palem yang biasanya diabaikan jadi makanan enak. Rasanya mirip buah atep atau kolang kaling.

(Ini poin pentingnya)

3. Yang aku tangkap dari inti bahasan waktu itu adalah pemanfaatan kembali KOPERASI untuk meningkatkan UMKM. Bergabung dengan sebuah Koperasi bisa meningkatkan potensi pemasaran produk dari UMKM tersebut. Win-win solutionlah, si Koperasi mendapatkan anggota dan memperoleh bagian laba dari ikut menjualkan produk anggotanya, dan pengusaha UMKM pun dapat tempat untuk mendistribusikan produknya.

4. Di situ, l dibahas tentang pemanfaatan ruang di RPTRA untuk mengelola sebuah Koperasi (masih wacana), atau memaksimalkan GrosMart (klo ngga salah penulisannya yaa, hehehe) untuk memasarkan produk UMKM.

5. Saat mendaftar, aku menuliskan bisnisku sebagai penulis artikel dan sosmed influenser. Tiba-tiba kepikiran, untuk menyasar para pengusaha UMKM di wilayah Rawa Buaya (offline) sebagai calon klien (hehehee), yang sebagian besar masih awam dengan sosmed. (mereka pakai FB dan WA, tapi sebatas having fun aja)

Inti yang aku dapat dari pelatihan setengah hari itu adalah kita bisa memanfaatkan koperasi (jika sudah ada,  jika belum bisa dibentuk sendiri dengan minimal anggota 20orang) untuk mengembangkan UMKM yang ada di sebuah wilayah.

Koperasi dan UMKM bisa menjadi pola kerjasama yang saling menguntungkan,  bahasa biologinya simbiosis mutualisme. Koperasi dapet anggota plus produk yang akan menghasilkan laba, pelaku UMKM mendapatkan wadah untuk mewujudkan targetnya.

Hmmm... Jadi tertarik niiih buat daftar jadi anggota koperasi. Kangen dapet SHU. *ekh

Tuesday, December 5, 2017

SAYA IRI? YA!

Perempuan, sudah dari sananya diciptakan untuk bisa multi-tasking. Allah memang Maha Tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Bukan manusia namanya kalau bisa berpuas diri dengan satu hal. Mungkin ada manusia hebat seperti itu tapi pasti hanya sebagian kecil, sisanya sebelas-dua belas.

Saya bukan bagian dari jumlah yang sedikit itu. Justru sebaliknya, saya termasuk golongan manusia yang menginginkan banyak hal. Tapi, itu wajar kok selama tidak menghalalkan berbagai cara untuk memperolehnya.

Saya juga mudah sekali terpengaruh, di samping memiliki rasa 'nggak enakan' yang mencapai level maksimal yang terkadang membuat lelah diri sendiri.

Saya suka mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Selain menghemat waktu, juga karena ingin memotong lintasan. Sayangnya yang saya ngga sadari adalah kapasitas diri. Saat masih single, semua itu sangatlah mungkin dilakukan, tapi seiring dengan waktu semua berubah.

Menjadi IRT dengan 2 putra (3y dan 6y), serta ikut menopang ekonomi keluarga, menjadi tantangan tersendiri. Keinginan untuk mendidik anak-anak sendiri, mengembangkan bisnis, serta mengejar impian dalam waktu bersamaan sungguh pekerjaan yang tak mudah.

Saya IRI! Sangat iri dengan perempuan lainnya yang memiliki tantangan sama bahkan lebih, dan mereka berhasil. Bukan soal keberuntungan semata. Ada hal lain yang jadi pemicunya. Hal yang tidak saya ketahui dan itu menjadi EXCUSE saya saat menghadapi kegagalan.

Beberapa hal yang saya sadari dan jadi catatan penting.
1. Niat (Lillahi Ta'ala)
2. Rutinitas yang tercatat
3. Konsistensi
4. Reward and punishment
5. Tekad

IRI itu nggak salah.
IRI itu nggak dosa.
IRI itu bisa jadi cambuk sekaligus penyemangat.

Saya ngIRI, karenanya saya tulis catatan ini untuk pengingat dan penyemangat. Jangan sampai 'modal' utama untuk sukses yang sudah diberikan menjadi busuk sebelum berkembang.

Sebentar lagi tahun baru menurut perhitungan masehi. Saatnya untuk menerapkan pola baru. Masih ada dua puluhan hari lebih dikit di bulan Desember untuk mencoba berbagai cara, agar Januari nanti sudah siap konsisten dengan rencana.