Wednesday, October 18, 2017

Baca Al-Qur'an itu Buang Waktu?

Kata siapa membaca Al-Qur'an bikin habis waktu?

Membaca Al-Qur'an tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu.

Secara hitungan matematika dunia, membaca Al-Qur'an tampak seakan-akan mengurangi waktu. Dari total 24 jam dalam sehari, seolah-olah berkurang sekian detik, sekian menit atau sekian jam jika digunakan untuk membaca Al-Quran.

Tapi, tahukah kamu bahwa waktu yang kamu gunakan untuk membaca Al-Qur'an itu sebenarnya tidak hilang begitu saja. Ia akan diganti oleh Allah dengan keberkahan yang berlipat ganda.

Apa itu keberkahan?

Keberkahan artinya pertambahan dan pertumbuhan. Wujudnya bisa bermacam-macam. Misalnya, pekerjaanmu beres, produktivitasmu meningkat, keuntunganmu bertambah, kesehatanmu terjaga dan seterusnya.

Itu adalah wujud keberkahan yang akan diperoleh oleh orang yang membaca Al-Qur'an.

Pernahkah anda mendengar tentang orang yang stress? Atau orang yang sedang kebingungan mencari inspirasi? Atau orang yang kesulitan menyelesaikan pekerjaannya? Atau orang yang waktunya habis sia-sia tanpa produktivitas?

Itu adalah bentuk-bentuk kehilangan umur yang disebabkan tidak berkahnya waktu.

Tahukah kamu bahwa dahulu para ulama bisa menulis karya-karya agung yang jumlahnya melebihi bilangan umur mereka? Padahal saat itu belum ada mesin ketik, apalagi komputer. Semuanya ditulis manual dengan tangan dan peralatan yang sangat sederhana, ditambah kondisi yang lebih sulit daripada kondisi sekarang.

Mengapa mereka bisa? Jawabnya karena waktu mereka penuh berkah.

Dari mana keberkahan itu? Jawabnya dari membaca Al-Qur'an.

Perhatikan kisah berikut:

Ibrahim bin Abdul Wahid Al Maqdisi berwasiat kepada Al Dhiya Al Maqdisi sebelum yang terakhir pergi menuntut ilmu:

"Perbanyaklah membaca Al-Qur'an. Jangan kamu tinggalkan. Karena kemudahan yang akan kamu peroleh dalam pencarianmu akan berbanding lurus dengan kadar yang kamu baca."

Al Dhiya mengatakan, "Lalu aku renungi hal itu dan aku praktekkan berkali-kali. Setiap kali aku membaca banyak, semakin mudah aku menghafal hadits dan menulisnya. Jika aku tidak membaca, tidak mudah aku melakukannya."

Sumber: "Dzail Thabaqat al Hanabilah" karya Ibnu Rajab al Hambali.

Jadi, jelaslah bahwa membaca Al-Qur'an membawa keberkahan sehingga waktu yang kita miliki bisa lebih bermakna dengannya.

Terakhir pesan saya, jangan kamu membaca Al-Qur'an di waktu luangmu, tapi luangkanlah waktumu untuk membaca Al-Qur'an.

*************

Dikutip dari status FB Mba Devita Nur Maftukhah.

Sangat disayangkan jika tulisan sarat manfaat ini berlalu begitu saja. Semoga bisa menginspirasi para pembaca blog-ku.

Rahasia Ulama Menentramkan Rumah dan Penghuninya

Bismillah..

MAU TAHU TIPS ULAMA MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA?

Nasehat Syaikh Muhammad bin Mukhtar Asy- Syinqithiy hafidzahullah...

Oleh karena itu, bersemangatlah melaksanakan shalat-shalat sunnah di rumah. Itulah diantara tujuan sunnah Nabi.

Rumah yang banyak dilakukan shalat di dalamnya, maka Allah akan menjadikan didalamnya kebaikan yang banyak. Hal ini banyak diperbincangakan para ulama dan orang-orang shalih.

Sebagian orang mengeluhkan di rumahnya selalu ada masalah.

Dia bercerita, “Kemudian aku mendatangi salah seorang ulama dan beliau bertanya kepadaku tentang shalat malam dan shalat rowatib.”

Ulama bertanya, “Apakah engkau termasuk orang yang menyia-nyiakan shalat sunnah rowatib?

Jawab orang tadi, “Ya benar.”

Rowatib maksudnya shalat sunnah yang dikerjakan sesudah atau sebelum shalat fardhu.

Ulama tersebut bertanya lagi, “Apakah engkau juga tidak shalat witir?”

Jawabnya, “Benar aku juga tidak shalat witir.”

Ulama tersebut berkata, “Kalau begitu rutinkan shalat sunnah rowatib dan tunaikan seperti Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menunaikan shalat tersebut di rumahmu. Begitupula rutinkan shalat witir jangan pernah engkau tinggalkan.”

“Al-Witir itu adalah kebenaran. Barangsiapa yang tidak shalat witir maka bukan golongan kami.” (HR. Ahmad dan Abu Daawud. Dinilai shahih oleh Al-Hakim)

“Wahai Ahlul Qur’an, shalat witirlah kalian karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla itu witir (Maha Esa) dan mencintai orang-orang yang melakukan shalat Witir.”

“Sungguh Allah telah melengkapi kalian dengan suatu shalat yang lebih baik dari unta merah.”

Para sahabat bertanya, “Shalat apakah itu wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu’alaihi wa sallam menjawab, “Shalat Witir yang dikerjakan antara waktu ‘Isya dan terbit fajar."

Kemudian subhanallah dalam waktu satu minggu, tiba-tiba di rumahnya keadaan berubah sempurna; akhlak istri berubah, anak-anak mudah diarahkan. Semua perkara telah berubah.

Karena apa?

ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺎﻋﻞ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺑﻴﺘﻪ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ
خيرأ

“Maka Allah jadikan baginya di rumahnya banyak kebaikan dari shalat yang dia lakukan.” (HR. Muslim no.778)

Khairan dalam hadis ini bentuknya nakiroh (umum) mencakup semua kebaikan.

Jika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan bahwa didalamnya ada kebaikan pasti ada kebaikan.

Sungguh apa yang beliau sabdakan adalah kebenaran. Dan tidaklah beliu berucap mengikuti hawa nafsu, sesungguhnya itu adalah wahyu yang diturunkan.

Wallallahua’lam bishshowab.

Sumber: Channel Duror Asy Syaikh Muhammad hin Mukhtar Asy Syinqithi

Di share oleh,
@STaushiyyah
Telegram channel
Whatsapp Group Sahabat Taushiyyah

Sunday, October 15, 2017

Pintu Surga yang Kaku

Memoar tentang Ayah
Oleh : Sani Hasanah


Ada sebuah cerita yang mengatakan, bahwa orang tua adalah salah satu pintu surga. Siapa yang mendapati keduanya masih hidup dan berbakti kepada mereka , sama dengan memiliki dua peluang untuk masuk melaluinya.

Tak banyak ingatan terpatri tentang lelaki yang namanya tersemat di belakang namaku. Sosok itu tidak tersentuh sepanjang kenangan. Bukan karena terpisah raga, tetapi tidak menyatunya emosi. Masa kecil yang didominasi rasa iri kepada adik serta sepupu laki-lakiku.

Kebahagiaan kental tergambar begitu mengetahui anak ketiganya yang lahir berjenis kelamin laki-laki. Papa memang mendambakan anak lelaki. Dua sebelumnya, aku dan adikku, adalah perempuan.

Anak Bertengkar, Emak Jadi Sangar

Punya anak balita yang lagi aktif-aktifnya itu sesuatu. Emaknya baru beres-beres udah diberantakin lagi. Rumah balik lagi kayak kapal pecah. Perabotan dapur juga kadang tak terselamatkan. Panci dijadikan helm, tutupnya sebagai tameng dan spatula jadi pedang.
Tapi yang paling bikin sesemak itu naik darah, saat anaknya disakiti anak lain. Terlebih jika sang anak sampai menangis dan terluka.

Jadi dilema sendiri. Perasaan teriris saat melihat buah hati diserang temannya. Di satu sisi ada dorongan untuk membalaskan dengan melakukan hal yang sama ke anak itu, tapi di sisi lain anak itu pun masih kecil dan seusia dengan anakku. Tidak mungkin juga aku tega melakukan hal itu.
Terlebih lagi pikiran dan tingkah laku anak-anak itu super super unik. Menit ini mereka bertengkar bahkan berkelahi, menit berikutnya sudah bermain lagi seperti tidak ada yang terjadi. Karena kebiasaan itu, aku sebagai ibu harus lebih bisa mengendalikan diri dan emosi ketika si kecil bertengkar dengan temannya.

Jika perkelahian anak kecil diintervensi orang tua, maka saat anak-anak sudah kembali bermain, orang tuanya akan tetap bermusuhan.

Friday, October 6, 2017

Pemasaran vs Catatan Keuangan

Sales dan Akuntan adalah dua profesi yang berseberangan. Satu ujung tombak, lainnya tenaga, atau yang satu harus energik dan dinamis dalam berhubungan dengan banyak orang sedangkan lainnya harus super teliti dan statis.

Jika dijabarkan butuh berhalaman-halaman untuk menggambarkan perbedaan keduanya. Padahal kedua profesi ini sangat penting bagi sebuah bisnis.
Sepengalamanku, dua kubu ini paling sering berseteru dalam sebuah perusahaan. Pertanyaannya, kenapa bisa terjadi?

Tuesday, October 3, 2017

Koin resmi yang tidak diterima

Di Indonesia ada dua jenis bahan pembuatan uang, dari logam dan kertas. Untuk uang logam pemerintah mengeluarkan rupiah dengan pecahan terkecil yaitu 100, 200, 500 dan 1.000, sedangkan untuk uang kertas adalah pecahan 1.000, 2.000, 5.000, 10.000, 20.000, 50.000 dan 100.000.

Pemerintah pernah mengatakan, pembuatan uang koin berbahan logam memakan biaya yang jauh lebih banyak dari nilai intrinsiknya. Mirisnya, uang-uang recehan tersebut terutama pecahan 100 dan 200 rupiah telah kehilangan harganya di sebagian masyarakat.

Sebagai contoh nyata yang pernah saya lihat sendiri. Ada pengamen yang membuang uang koin yang diberikan oleh seorang anak pemilik rumah yang disambangi pengamen tersebut, yang ternyata pecahan 200 rupiah. Ada juga pedagang yang tidak menerima uang pecahan di bawah 500 rupiah sebagai pembayaran. Bahkan yang lebih parah lagi, ada bank pemerintah yang MENOLAK menerima penukaran uang receh pecahan 100 dan 200 dengan dalih stok uang koin mereka masih banyak dan belum diambil oleh BI.

Bayangkan saja, lembaga perbankan saja MENOLAK menerima uang resmi yang dikeluarkan pemerintah, apalagi masyarakat umum?

Bukankah lebih baik menghapuskan saja pecahan 100 dan 200 rupiah tersebut? Selain bisa menghemat biaya produksi uang yang katanya jauh di atas nilai uang itu sendiri, masyarakat juga tidak perlu menyimpan uang receh yang tidak diterima keberadaannya.

gambar : google