Monday, October 17, 2016

TOLOOONG...! ANAKKU KRITIS

TOLONG…! ANAKKU KRITIS

Apa ibu pernah merasa butuh pertolongan saat si buah hati “KRITIS”?

Memiliki anak yang kritis tidak jarang membuat orang tua terutama ibu yang merupakan sosok yang bisaanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak, dibuat SUSAH.
Susah? Iya susah!
Susah untuk mencari jawaban yang benar dan tepat atas pertanyaan-pertanyaan “ajaib” sang anak yang sering diluar perkiraan dan susah untuk menjelaskannya, mengingat usia dan daya tangkap anak yang berbeda dengan kita sebagai orang dewasa.

Penting untuk diinggat, bahwa anak yang “kritis” adalah anak yang CERDAS dan PEKA terhadap lingkungan sekitarnya. Jadi sebagai orang tua, sudah semestinya BANGGA memiliki anak yang KRITIS.

Taukah ibu? Tidak semua anak bisa kritis! Namun ada cara yang bisa menjadikan anak kritis.

Berikut 4 CARA UNTUK MEMBENTUK ANAK MENJADI KRITIS :

1.    BERBICARA
Ibu tentu sudah sering mendengar kata-kata ini baik dari tenaga kesehatan, keluarga, teman ataupun tetangga  semasa kehamilan terutama menginjak usia kehamilan 16 minggu atau 4 bulan, “sering diajak ngobrol ya bu janinnya”.
Selain sebagai “stimulasi dini” bagi perkembangan janin, juga merupakan bentuk KOMUNIKASI DINI antara ibu dan calon bayi.

2.    BERCERITA
Kapanpun bisa jadi waktu bercerita dengan si buah hati. Namun ada waktu-waktu tertentu yang dipilih untuk mengoptimalkan momen tersebut, lebih-lebih bagi ibu yang bekerja. Bisaanya waktu yang dipilih adalah waktu menjelang tidur.
Tidak terbatas pada buku-buku cerita lhooo bu!  bisa juga ibu bercerita tentang aktivitas ibu seharian ditempat kerja atau kejadian saat dalam perjalanan pergi atau pulang.
Dengan bercerita, wawasan anak akan bertambah begitu juga dengan perbendaharaan katanya.

3.    BERTANYA
Walaupun usia anak ibu masih terbilang kecil, anak juga memiliki pendapat dan IDE sendiri. Sangatlah baik membisaakan bertanya kepada anak. Tanyakan apa saja, mulai dari cita-cita, teman bermain mereka, bahkan tanyakan IDE mereka untuk rencana di akhir pekan. Dan lihatlah bu! Anda akan dibuat tercengang oleh jawaban dan ide-ide mereka.

4.    JAWAB DENGAN JUJUR
Terkadang kita dibuat kelimpungan oleh pertanyaan sang buah hati yang terbilang “ajaib”. Pernah suatu ketika, saat aku menyusui putra keduaku yang berusia 4 bulan, sulungku yang berusia 4 tahun memperhatikan dan bertanya “Bunda, kok bunda bisa keluar susu? Kenapa ayah ngga?” jawaban pertanyaannya terbilang sederhana JIKA dijelaskan kepada orang dewasa, namun perlu sedikit “adaptasi” bahasa dan imajinasi untuk menjelaskannya kepada anak 4 tahun. Setelah beberapa saat, “Kakak sayang, Allah kan titipin dede diperut bunda, Allah juga titipin susu untuk makanan dede di bunda. Kalau dititipin ke ayah, nanti waktu ayah kerja, dede ngga minum susu dong?” si kakak mengangguk tanda memahami jawabanku.
Adakalanya sebagai orang tua kita dibuat tak berdaya oleh pertanyaan anak yang memang diluar pengetahuan kita. Misalnya saja, saat putra pertamaku sangat tertarik dengan KERETA API dan segala hal yang menyangkut tentang alat transportasi masal tersebut, dia bertanya “bunda, kenapa rel kereta lurus-lurus? terus kenapa dibawah rel-nya banyak batu kecil-kecil?”
Aduuuh, untuk pertanyaannya seputar perkereta-apian, aku tidak bisa asal-asalan, ditambah lagi anakku berkata bahwa dia bercita-cita menjadi Arsitek Kereta. Jadi aku katakan kepadanya “kakak, bunda belum tau jawabannya, nanti kita cari tau di buku ya!” tampak kekecewaan diwajahnya mendengar jawabanku. Dengan nada kesal dia berkata “Bunda kan sudah besar, kok ngga tau sih?” aku mendekati dan duduk didepannya lalu berkata “Kakak, walaupun bunda sudah besar, bunda belum tentu tau semuanya. Makanya, nanti kalau ayah libur, kita ke took buku dan cari tau yaaa!” raut wajahnya berubah senang. “Janji ya bunda?” pintanya sambil menjulurkan jari kelingkingnya. “Janji” jawabku sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku
Tibalah hari yang ditunggu, saat ayahnya libur kerja, pergilah kami ke sebuah toko  buku. Tidak tanggung-tanggung, anakku memborong 5 (lima) buah buku berbeda sekaligus dan tentu saja dengan tema KERETA API.

Walaupun sering dibuat “susah” mencari jawaban yang sesuai atas pertanyaan anak, aku merasa sangat bangga. Kenapa? Karena selain bisa menambah pengetahuan dengan mencari informasi atas pertanyaan sang anak yang sulit aku jawab, Secara tidak langsung, aku mulai membangun pondasi kepercayaan anak kepadaku. Ya!, kepercayaan. Jika kita menjawab dengan asal-asalan, apalagi memberikan jawaban yang tidak benar atas pertanyaan mereka karena kita beranggapan mereka masih kecil dan tidak mengert, akan tumbuh suatu pemikiran pada mereka bahwa kita TIDAK BISA DIPERCAYA dan nantinya pada saat usia mereka lebih besar, jauh lebih besar lagi, mereka tidak akan bertanya kepada kita namun kepada orang lain atau teman-temannya. Bisa anda bayangkan, Jika pertanyaan mereka sangat pribadi dan bertanya kepada orang lain dan diberikan jawaban yang menyesatkan?

Yuk bu! Kita bentuk anak-anak yang kritis dengan mulai konsisten berkomunikasi, dan bangun kepercayaan dari mereka sejak dini.


Sani Hasanah

Ibu dua orang putra dan seorang pebisnis

No comments:

Post a Comment