TOLONG…!
ANAKKU KRITIS
Apa
ibu pernah merasa butuh pertolongan saat si buah hati “KRITIS”?
Memiliki
anak yang kritis tidak jarang membuat orang tua terutama ibu yang merupakan
sosok yang bisaanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak, dibuat SUSAH.
Susah?
Iya susah!
Susah
untuk mencari jawaban yang benar dan tepat atas pertanyaan-pertanyaan “ajaib”
sang anak yang sering diluar perkiraan dan susah untuk menjelaskannya,
mengingat usia dan daya tangkap anak yang berbeda dengan kita sebagai orang dewasa.
Penting
untuk diinggat, bahwa anak yang “kritis” adalah anak yang CERDAS dan PEKA
terhadap lingkungan sekitarnya. Jadi sebagai orang tua, sudah semestinya BANGGA
memiliki anak yang KRITIS.
Taukah
ibu? Tidak semua anak bisa kritis! Namun ada cara yang bisa menjadikan anak
kritis.
Berikut
4 CARA UNTUK MEMBENTUK ANAK MENJADI
KRITIS :
1.
BERBICARA
Ibu tentu sudah sering
mendengar kata-kata ini baik dari tenaga kesehatan, keluarga, teman ataupun
tetangga semasa kehamilan terutama
menginjak usia kehamilan 16 minggu atau 4 bulan, “sering diajak ngobrol ya bu
janinnya”.
Selain sebagai “stimulasi
dini” bagi perkembangan janin, juga merupakan bentuk KOMUNIKASI DINI antara ibu
dan calon bayi.
2.
BERCERITA
Kapanpun bisa jadi waktu
bercerita dengan si buah hati. Namun ada waktu-waktu tertentu yang dipilih
untuk mengoptimalkan momen tersebut,
lebih-lebih bagi ibu yang bekerja. Bisaanya waktu yang dipilih adalah waktu
menjelang tidur.
Tidak terbatas pada
buku-buku cerita lhooo bu! bisa juga ibu
bercerita tentang aktivitas ibu seharian ditempat kerja atau kejadian saat
dalam perjalanan pergi atau pulang.
Dengan bercerita, wawasan
anak akan bertambah begitu juga dengan perbendaharaan katanya.
3.
BERTANYA
Walaupun usia anak ibu masih
terbilang kecil, anak juga memiliki pendapat dan IDE sendiri. Sangatlah baik membisaakan
bertanya kepada anak. Tanyakan apa saja, mulai dari cita-cita, teman bermain
mereka, bahkan tanyakan IDE mereka untuk rencana di akhir pekan. Dan lihatlah
bu! Anda akan dibuat tercengang oleh jawaban dan ide-ide mereka.
4.
JAWAB
DENGAN JUJUR
Terkadang kita dibuat kelimpungan oleh pertanyaan sang buah
hati yang terbilang “ajaib”. Pernah suatu ketika, saat aku menyusui putra keduaku
yang berusia 4 bulan, sulungku yang berusia 4 tahun memperhatikan dan bertanya “Bunda,
kok bunda bisa keluar susu? Kenapa ayah ngga?” jawaban pertanyaannya terbilang
sederhana JIKA dijelaskan kepada orang dewasa, namun perlu sedikit “adaptasi”
bahasa dan imajinasi untuk menjelaskannya kepada anak 4 tahun. Setelah beberapa
saat, “Kakak sayang, Allah kan titipin dede diperut bunda, Allah juga titipin
susu untuk makanan dede di bunda. Kalau dititipin ke ayah, nanti waktu ayah
kerja, dede ngga minum susu dong?” si kakak mengangguk tanda memahami
jawabanku.
Adakalanya sebagai orang tua
kita dibuat tak berdaya oleh pertanyaan anak yang memang diluar pengetahuan
kita. Misalnya saja, saat putra pertamaku sangat tertarik dengan KERETA API dan
segala hal yang menyangkut tentang alat transportasi masal tersebut, dia
bertanya “bunda, kenapa rel kereta
lurus-lurus? terus kenapa dibawah rel-nya banyak batu kecil-kecil?”
Aduuuh, untuk pertanyaannya
seputar perkereta-apian, aku tidak bisa asal-asalan, ditambah lagi anakku berkata
bahwa dia bercita-cita menjadi Arsitek Kereta. Jadi aku katakan kepadanya “kakak,
bunda belum tau jawabannya, nanti kita cari tau di buku ya!” tampak
kekecewaan diwajahnya mendengar jawabanku. Dengan nada kesal dia berkata “Bunda
kan sudah besar, kok ngga tau sih?” aku mendekati dan duduk didepannya
lalu berkata “Kakak, walaupun bunda sudah besar, bunda belum tentu tau semuanya. Makanya,
nanti kalau ayah libur, kita ke took buku dan cari tau yaaa!” raut
wajahnya berubah senang. “Janji ya bunda?” pintanya sambil
menjulurkan jari kelingkingnya. “Janji” jawabku sambil mengaitkan jari
kelingkingnya dengan jari kelingkingku
Tibalah hari yang ditunggu,
saat ayahnya libur kerja, pergilah kami ke sebuah toko buku. Tidak tanggung-tanggung, anakku
memborong 5 (lima) buah buku berbeda sekaligus dan tentu saja dengan tema
KERETA API.
Walaupun sering dibuat “susah”
mencari jawaban yang sesuai atas pertanyaan anak, aku merasa sangat bangga. Kenapa?
Karena selain bisa menambah pengetahuan dengan mencari informasi atas
pertanyaan sang anak yang sulit aku jawab, Secara tidak langsung, aku mulai
membangun pondasi kepercayaan anak
kepadaku. Ya!, kepercayaan. Jika kita menjawab dengan asal-asalan, apalagi
memberikan jawaban yang tidak benar atas pertanyaan mereka karena kita
beranggapan mereka masih kecil dan tidak mengert, akan tumbuh suatu pemikiran
pada mereka bahwa kita TIDAK BISA DIPERCAYA dan nantinya pada saat usia mereka
lebih besar, jauh lebih besar lagi, mereka tidak akan bertanya kepada kita
namun kepada orang lain atau teman-temannya. Bisa anda bayangkan, Jika pertanyaan
mereka sangat pribadi dan bertanya kepada orang lain dan diberikan jawaban yang
menyesatkan?
Yuk bu! Kita bentuk
anak-anak yang kritis dengan mulai konsisten berkomunikasi, dan bangun
kepercayaan dari mereka sejak dini.
Sani Hasanah
Ibu dua orang putra dan seorang pebisnis
No comments:
Post a Comment